Selasa, 18 Januari 2011

Coretan Yang Berkelana 97 : Najis setinggi gunung...




Minggu yang berlalu ini, terlalu memenatkan diri ini. Berikutan dengan amanah yang telah dibebankan di atas bahu ini. Dan dalam minggu ini, Allah telah menghantar kepadaku beberapa orang insan yang sedang kehausan dalam mendengar bisikan agama.

Ini merupakan suatu cabaran dalam hidupku, kerna mereka yang datang kepadaku dari kalangan mualaf dan mereka yang sosial. Aku lebih berhati-hati dalam menyampaikan setiap patah kata agar tidak ada pihak yang terguris hati. 

Apakan dayaku, mereka yang hadir ini, bukan dari golongan yang memakai tudung, mereka yang memperlekehkan solat. Mereka yang memandang enteng pada agama. Aku lebih menggunakan kaedah tasawuf.

Aku teringat akan pesan guruku dulu, jika mereka itu sudah lembut hatinya untuk mendengar ceramah agama, jauhi dari menyebut hukum halal dan haram. Tautilah hati mereka dengan akhlaq dalam bertasawuf. Kerana seseorang itu dinilai bagaimana dia menterjemahkan agama dalam kehidupannya.

Sewaktu aku bersama mereka, aku hanya menyampai sedikit peringatan yang begitu santai tapi perlu direnungi. Inilah pesan guruku dahulu, ketika mula-mula aku menceburi ilmu mengenal Allah..

" Bagaimanakah zikir dan amalan sunat kita saban hari?" " Kalau dihimpunkan najis kita dari mula kita hidup sampai kita menghembus nafas, najis kita mencecah melebihi gunung.." Najis itu terjadi dari kunyahan makanan yang direzkikan oleh Allah kepada kita".. 

Tapi.... Adakah kita bersyukur dengan apa yang telah direzkikan kepada kita? Bagaimana dengan zikir kita? Bagaimana dengan cara kita mengucapkan kesyukuran kita??? Allahua'lam..

al-Haqir ila Robbihi
ibnumaulub
1.10am
18-1-2011
Shah Alam

Tiada ulasan:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails